ASAL-USUL MANUSIA DI LIHAT DARI KACAMATA AGAMA ISLAM
Latar Belakang
Perjalanan
panjang sejarah bumi sehingga manusia dapat tinggal yang di mulai dari
berbagai banyak teori atau cerita mitos dari berbagai Negara,kemudian di
lanjutkan dengan penelitian secara spesifik di seluruh bagian bumi
untuk mencari tahu bagaimana terbentuknya manusia,baik secara harfiah
maupun dari sudut pandang agama.
Tujuan
Tujuan
utama mengetahui asal-usul manusia adalah untuk menumbuhkan
wawasan,kesadaran akan diri manusia bahwa yang menciptakan dirinya
dengan bentuk yang sempurna adalah tuhanny YAITU Allah SWT.
Batasan Masalah
Mengetahui tahap-tahap kehidupan seorang umat manusia dari masa ia kecil hingga menjelang kematiannya.
Metode penulisan
Studi Pustaka
Asal usul manusia dilihat dari sisi reproduksinya banyak sekali dijelaskan
Al-Qur’an misalnya: Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air (Qs. Abasa 80)
Al-Qur’an misalnya: Manusia berasal dari Nutfatam (nutfatam min maniyyin yumna) atau setetes sperma yang ditumpahkan.
Nutfah, berarti sejumlah sangat kecil yang sering diartikan sebagai setetes air (Qs. Abasa 80)
SIAPA MANUSIA ITU?
Manusia
adalah ciptaan Allah yang paling besar, untuk itu terlebih dahulu id
harus mengenal Nya. Kalau manusia itu sudah mengenal jiwanya pasti ia
akan mengenal Tuhannya. Pernyataan ini identik dengan bunyi suatu
kalimat :
“Barang siapa sudah mengenal jiwanya, maka ia akan mengenal Tuhannya”
“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” ( At-Tiin : 4 )
Manusia
ditinjau dari susunan postulat tubuhnya adalah ciptaan Allah yang
paling sempurna ditimbang makhluk hidup lainnya yang ada dimuka bumi.
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan secara kebetulan dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu bukan untuk kesia-siaan.
Manusia adalah makhluk yang tercipta berdasarkan ketentuan Allah, bukan secara kebetulan dan serampangan. Ia tercipta untuk tujuan tertentu bukan untuk kesia-siaan.
PROSES PENCIPTAAN ADAM
Allah
menciptakan Adam berdasarkan kehendak dan Kekuasaan Nya. Proklamasi
penciptaan manusia dari tanah kepada para Malaikat adalah merupakan
kehormatan pertama yang diberikan oleh Allah kepada manusia.
Penobatan
manusia sebagai khalifah di Bumi, adalah suatu kehormatan besar dari
Allah sebagai penciptanya, sehingga Dia memerintahkan para Malaikat
untuk bersujud kepada manusia. Yang lebih besar dari peristiwa ini dan
merupakan keistimewaan bagi manusia adalah ditiupkan Nya roh (ciptaan)
Allah kedalam dirinya. Ini sebagai sinyalemen bahwa asal usul manusia
itu suci, tercipta dari bahan yang berkualitas tinggi dan memiliki
fitrah yang murni.
Hakekat dan Martabat manusia dalam Islam
Manusia
adalah makhluk ciptaan Allah yang misterius dan sangat menarik.
Dikatakan misterius karena semakin dikaji semakin terungkap betapa
banyak hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan betapa banyak
hal-hal mengenai manusia yang belum terungkapkan.
Kelebihan Manusia Dari Makhluk Lainnya, Fungsi Dan Tanggung Jawab Manusia Dalam Islam
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai beberapa ciri utamanya adalah:
Bertitik tolak dan rumusan singkat itu, menurut ajaran Islam, manusia, dibandingkan dengan makhluk lain, mempunyai beberapa ciri utamanya adalah:
1. Makhluk yang paling unik, djadikan dalam bentuk yang paling baik, ciptaan Tuhan yang paling sempurna. Firman Allah:
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin:4)
Artinya: “Sesungguhnya Kami telah menjadikan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya” (QS. At-Tin:4)
Kelemahan manusia berupa sifat yang melekat pada dirinya disebutkan Allah dalam Al-Qur’an, diantaranya adalah:
a. Melampaui batas (QS. Yunus:12)
b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah (QS. Ibrahim: 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra’:11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi:54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Ma’arij:19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
a. Melampaui batas (QS. Yunus:12)
b. Zalim (bengis, kejam, tidak menaruh belas kasihan, tidak adil, aniaya) dan mengingkari karunia (pemberian) Allah (QS. Ibrahim: 34)
c. Tergesa-gesa (QS. Al-Isra’:11)
d. Suka membantah (QS. Al-Kahfi:54)
e. Berkeluh kesah dan kikir (QS. Al-Ma’arij:19-21)
f. Ingkar dan tidak berterima kasih (QS. Al-‘Adiyat: 6)
Namun untuk kepentingan dirinya manusia ia harus senantiasa berhubungan dengan penciptanya, dengan sesama manusia, dengan dirinya sendiri, dan dengan alam sekitarnya.
2.
Manusia memiliki potensi (daya atau kemampuan yang mungkin
dikembangkan) beriman kepada Allah. Sebab sebelum ruh (ciptaan) Allah
dipertemukan dengan jasad di rahim ibunya, ruh yang berada di alam ghaib
itu ditanyain Allah, sebagaimana tertera dalam Al-Qur’an:
Artinya: “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) “ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf:172)
Artinya: “apakah kalian mengakui Aku sebagai Tuhan kalian? (para ruh itu menjawab) “ya, kami akui (kami saksikan) Engkau adalah Tuhan kami”). (QS. Al-A’raf:172)
3. Manusia diciptakan Allah untuk mengabdi kepada-Nya dalam Al-Qur’an surat Az-Zariyat:
Artinya: “tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat:56)
Artinya: “tidaklah Aku jadikan jin dan manusia, kecuali untuk mengabdi kepada-Ku.” (QS. Az-Zariyat:56)
4.
Manusia diciptakan Tuhan untuk menjadi khalifah-Nya di bumi. Hal itu
dinyatakan Allah dalam firman-Nya. Di dalam surat al-Baqarah: 30
dinyatakan bahwa Allah menciptakan manusia untuk menjadi khalifah-Nya di
bumi. Perkataan “menjadi khalifah” dalam ayat tersebut mengandung makna
bahwa Allah menjadikan manusia wakil atau pemegang kekuasaan-Nya
mengurus dunia dengan jalan melaksanakan segala yang diridhai-Nya di
muka bumi ini (H.M. Rasjidi, 1972:71)
5.
Disamping akal, manusia dilengkapi Allah dengan perasaan dan kemauan
atau kehendak. Dengan akal dan kehendaknya manusia akan tunduk dan patuh
kepada Allah, menjadi muslim. Karena itu di dalam Al-Qur’an ditegaskan
oleh Allah:
Artinya: “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.” (QS. Al-kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS. Al-Insan: 3)
Artinya: “Dan katakan bahwa kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu. Barangsiapa yang mau beriman hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang tidak ingin beriman, biarlah ia kafir.” (QS. Al-kahfi: 29)
Dalam surat Al-Insan juga dijelaskan:
Artinya: “Sesungguhnya kami telah menunjukinya jalan yang lurus (kepada manusia), ada manusia yang syukur, ada pula manusia yang kafir.” (QS. Al-Insan: 3)
6. Secara individual manusia bertanggung jawab atas segala perbuatannya.
7.
Berakhlaq. Berakhlaq adalah ciri utama manusia dibanding mahkluk lain.
Artinya manusia adalah makhluk yang diberikan Allah kemampuan untuk
membedakan yang baik dengan yang buruk.
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelaslah bahwa manusia berasal dari zat yang sama yaitu tanah.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah terpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, didalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu diapun bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Dari ungkapan Al-Qur’an itu jelaslah bahwa manusia berasal dari zat yang sama yaitu tanah.
Dan dalam masa 40 hari mani yang telah terpadu, berangsur menjadi darah segumpal. Untuk melihat contoh peralihan berangsur kejadian itu, dapatlah kita memecahkan telur ayam yang sedang dierami induknya. Tempatnya aman dan terjamin, panas seimbang dengan dingin, didalam rahim bunda kandung, itulah “qararin makin”, tempat yang terjamin terpelihara.
Lepas 40 hari dalam bentuk segumpal air mani berpadu itu diapun bertukar rupa menjadi segumpal darah. Ketika ibu telah hamil setengah bulan. Penggeligaan itu sangat berpengaruh atas badan si ibu, pendingin, pemarah, berubah-ubah perangai, kadang-kadang tak enak makan. Dan setelah 40 hari berubah darah, dia berangsur membeku terus hingga jadi segumpal daging, membeku terus hingga berubah sifatnya menjadi tulang. Dikelilingi tulang itu masih ada persediaan air yang kelaknya menjadi daging untuk menyelimuti tulang-tulang itu.
Mulanya
hanya sekumpul tulang, tetapi kian hari telah ada bentuk kepala, kaki
dan tangan dan seluruh tulang-tulang dalam badan. Kian lama kian
diselimuti oleh daging. Pada saat itu dianugerahkan kepadanya “ruh”,
maka bernafaslah dia. Dengan dihembuskan nafas pada sekumpulan tulang
dan daging itu, berubahlah sifatnya. Itulah calon yang akan menjadi
manusia. (Dudung Abdullah; 1994: 3)
Al-Qur’an
yang mengungkapkan proses kejadian manusia itu antara lain terdapat
didalam surat Al-Mu’minun ayat 12-14(sebagaimana dikutip pada halaman
25), secara ringkas adalah :
1) Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu
2) Menjadi air mani (nutfhah yang disimpan dalam rahim),lalu
3) menjadi segumpal darah (alaqah), lalu diproses
4) Allah SWT menjadikannya segumpal daging (mudhghah)
5) Lalu disusunlah tulang belulang (idhaman) 1) Diciptakan dari saripati tanah (sulalatin min thin), lalu
2) Menjadi air mani (nutfhah yang disimpan dalam rahim),lalu
3) menjadi segumpal darah (alaqah), lalu diproses
4) Allah SWT menjadikannya segumpal daging (mudhghah)
6)Lalu dibungkus tulang belulang tersebut dengan daging (rahman).
7) Makhluk yang (berbentuk) lain (janin). Q.S. Al-Mukminun; 12-14
Ditiupkan roh (dari Allah) pada hari yang ke 120 usia kandungan
8) Lalu lahirilah sebagai seorang bayi Q.S. Al-Hajj; 5
9) Dia jadikan sebuah pendengaran, penglihatan dan hati Q.S. An-Nahl; 78
10) Tumbuhlah menjadi anak-anak, lalu dewasa,dan tua (pikun) Q.S. Al-Hajj; 5
11) Kemudian seorang manusia menemui kematian Q.S. Almukminun; 15
12) Lalu dibangkitkan (dari kubur) di hari kiamat Q.S. Al-Mukminun; 16
10) Tumbuhlah menjadi anak-anak, lalu dewasa,dan tua (pikun) Q.S. Al-Hajj; 5
11) Kemudian seorang manusia menemui kematian Q.S. Almukminun; 15
12) Lalu dibangkitkan (dari kubur) di hari kiamat Q.S. Al-Mukminun; 16
Kita
dapat mengetahui bahwa ketika masih berbentuk janin sampai berumur 4
bulan, embrio manusia belum mempunyai ruh. Ruh itu ditiupkan kedalam
janin setelah janin itu berumur 4 bulan (3 x 40 hari). Namun, dari teks
atau nash itu dapat dipahami kalau orang mengatakan bahwa kehidupan itu
sudah ada sejak manusia berada dalam bentuk nuthfah (H.M. Rasjidi, 1984:
5)
Dari
uraian tersebut diatas dapatlah disimpulkan bahwa manusia adalah
makhluk ciptaan Allah yang terdiri dari jiwa dan raga, berwujud fisik
dan ruh (ciptaan) Allah. Sebagai makhluk illahi hidup dan kehidupannya
berjalan melalui 5 tahap, masing-masing tahap tersebut “alam” yaitu :
1) Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2) Di alam rahim
3) Di alam dunia (yang fana ini)
4) Di dalam barzakh dan
5) Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan kehidupan (ruh) manusia.
1) Di alam ghaib (alam ruh atau arwah)
2) Di alam rahim
3) Di alam dunia (yang fana ini)
4) Di dalam barzakh dan
5) Di alam akhirat (yang kekal = abadi) yakni alam tahapan terakhir hidup dan kehidupan (ruh) manusia.
Kesimpulan:
Dari
kelima tahapan kehidupan manusia itu, tahap kehidupan ketiga yakni
tahap kehidupan di dunia merupakan tahap kehidupan yang menentukan
(melalui iman, taqwa, amal dan sikap) nasib manusia dalam tahap-tahap
kehidupan selanjutnya (4 dan 5) dan keempatnya diakhirat nanti.Sebenarnya masih banyak lagi kajian tentang manusia,uraian diatas hanya sebagian kecil tentang manusia yaitu ditinjau dari kacamata Islam,pantaslah istilah diatas mengatakan “Kenalilah dirimu maka engkau akan kenal siapa Tuhanmu dan Rasulullah SAW bersabda”Bersunggus-sungguhlah menghadapi apa yang bermanfaat bagimu dan mintalah pertolongan Allah serta jangan merasa lemah.
0 komentar:
Posting Komentar